Menembus Batas - 4
Jarum jam memperlihatkan hampir ke angka 11, lumayan lama kami tertidur barusan.
Perlahan-lahan kutinggalkan Josua serta Lenny, saya mandi untuk siap-siap menjumpai tamuku selanjutnya di Hotel Westin (saat ini JW Marriot) di Embong Malang. Josua serta Lenny baru bangun saat saya telah rapi kenakan pakaian serta ber-make up.
"Sorry, saya ada janji siang hari ini, saya tinggal dahulu ya" sapaku.
"Kamu masih sexy walau telah kenakan pakaian, serta makin membuat ingin tahu yang menyaksikannya" jawab Josua sekalian mendekatiku, dipeluknya badanku dari belakang serta diremasnya buah dadaku.
"Wah banyak pesanan nih" celetuk Lenny.
"Selamat kerja sayang" bisik Josua tanpa ada melepas tangannya dari dadaku.
"telah ah, nanti kusut bajuku ini, saya tidak bawa serta tukar nih" jawabku sekalian menggelinjang sebab bibirnya telah melekat di telingaku, akupun menghindar menjauh.
Sesudah terima pembayaan dari Josua, akupun tinggalkan mereka yang masih tetap telanjang ke arah tempat tidur lain dengan permainan lainnya juga.
Semenjak insiden itu, menyengaja atau mungkin tidak, saya jarang-jarang berjumpa berdua dengan Dibyo seperti awalnya, begitu juga dengan istrinya, rasa-rasanya tidak ada muka untuk bertemu Wendy, kalaulah mereka ngajak jalan bersama, saya tekankan harus ada istrinya, selebihnya semua berjalan seperti umumnya.
Mengakibatkan, saya malah semakin dekat sama sang Reno, adiknya yang populer Playboy itu, dengan muka yang imut tidak sulit untuknya untuk memperoleh cewek serta saya percaya telah tidak terhitung cewek yang jatuh ke pelukannya serta sukses ia bawa serta ke tempat tidur.
Semakin 2 bulan sesudah insiden itu, saya makan siang berdua dengan Reno di Bon Kafe, benar-benar apes rupanya bertemu sama Josua yang menggandeng seorang gadis, atas ajakan Reno mereka pada akhirnya masuk dengan table kami.
Kamipun makan sekalian bercakap berempat, entahlah keceplosan atau disengaja, Josua menceritakan begitu hebat permainanku di tempat tidur, khususnya permainan oral, ia anggap saya pernah lakukan dengan Reno. Reno yang sejauh ini mengenalku untuk rekan menatapku seolah tidak yakin, saya hindari tatapannya sekalian mengumpat kelancangan Josua, tentunya dalam hati.
"Selamat bersenang suka, sorry saya tidak dapat gabung dengan kalian, ada acara sama ia" kata Josua sekalian menunjuk gadis disampingnya.
"Ia suka ramai ramai lho, bertanya Dibyo kalau kamu tidak yakin" bisiknya lagi sebelum tinggalkan kami.
Saya terdiam dengan muka memeras, malu sebab kedokku dirombak di depan temanku sendiri.
Seperginya Josua kami terdiam, entahlah apakah yang terbersit dalam pikirannya, kulirik sekejap, rupanya Reno melototi badanku, seolah berupaya tembus dibalik bajuku.
"Kita pulang yuk" ajakku lihat situasi telah tidak enak lagi.
"Lho, tuturnya ingin shopping di Galaxy"
"Tidak jadi ah, lain waktu saja" tolakku, serta kamipun bergerak pergi.
Selama jalan kami keduanya sama terdiam sampai datang dimuka tempat kos, saya langsung turun tanpa ada ucapkan sepatah katapun.
Beberapa waktu setelah saya usai layani tamu di Hotel Sheraton, kulihat missed call di HP-ku, dari Dibyo, entahlah mengapa saya kok ingin menghubunginya, walau sebenarnya umumnya saya cuekin saja missed call dari ia.
"Ly, bertemu yuk, rindu nih" tuturnya dengan suara memelas tidak seperti umumnya, tentu ia lagi ada maunya, serta saya percaya maunya tidak jauh dari kepentingan tempat tidur.
Walau saya berupaya hindari hal ini, tetapi tidak bisa disangkal akupun rindukan keperkasaannya di atas tempat tidur, ditambah lagi tamuku baru saja tidak dapat memuaskanku, jadi sebetulnya ini hanya permasalahan timing yang pas. Sesudah berpura pura menampik serta ia terus merajuk, pada akhirnya saya penuhi permohonannya.
"Oke Hotel Sheraton kamar 816" kataku sebab tamuku barusan telah pulang serta saya belum cek out, sekaligus saja kumanfaatkan tersisa waktu yang ada, dibanding terbuang sia sia, cek in mahal mahal hanya digunakan 2 jam.
Barusan HP kututup, ia telephone lagi.
"Ly, bisa tidak bawa serta rekan"
Saya yang telah tergadai nafsu sebab birahi yang tidak tertuntaskan baru saja cuma menyetujui tanpa ada bertanya selanjutnya siapa temannya.
Sekalian menanti kehadirannya, saya segarkan badanku dengan air hangat, berendam sesaat untuk hilangkan rasa lelah sesudah ini hari layani 3 tamu semenjak pagi barusan. Belum 1/2 jam saya berendam, bel pintu mengeluarkan bunyi, tentu Dibyo telah tiba, pikirku.
Masih dengan telanjang, kubuka pintu serta saya langsung kembali lagi masuk bathtub.
"Nantikan ya, saya mandi dahulu agar fresh serta wangi, enjoy saja kira rumah sendiri" jawabku melanjutkan acara berendam tanpa ada buru buru mengakhiri, jika ia tidak sabar tentu menyusulku ke kamar mandi. Rupanya ia tidak menyusulku sampai kuselesaikan mandiku. Tanpa ada kenakan penutup, dengan telanjang saya ke kamar, siap-siap untuk menumpahkan semua birahi dengan keperkasaan Dibyo.
"Saya telah siaap" teriakku sekalian melonjak ke tempat tidur, serta baru kusadari rupanya yang duduk di sofa bukan Dibyo tetapi sang Reno, adiknya.
Demikian tersadarkan, saya berupaya tutupi badanku dengan yang ada disekitarku, tetapi telat, Reno telah menubruk badan telanjangku serta menindihnya.
"Ly, tidak perlu sok alim, saya tetap memikirkan semenjak dikisahkan Josua kemarin, kebetulan waktu kutanya Dibyo ia justru ngajak menunjukkan" bisiknya sekalian menindih badanku, akupun tidak dapat berontak.
Didekap badan Reno yang atletis ditambah muka imut yang melekat dekat mukaku, akupun kalah akan kekuatannya, selain itu akupun tidak sunggu benar-benar untuk berontak, cuma reaksi spontan lihat lelaki yang tidak diinginkan lihat badan telanjangku.
"Oke.. Oke, mana Dibyo" tanyaku.
"Sesaat lagi ia tiba, saya diminta nantikan di lobby tetapi kupikir lebih bagus langsung saja saya dapat bercakap sekalian tunggu kehadirannya, rupanya saya memperoleh lebih dari pada yang kuharapkan" jawabnya sekalian mengendorkan dekapannya.
Demikian dekapannya longgar, kudorong badannya sampai terjengkang celentang, tukar saya menindihnya.
"Kalian bersaudara memang nakal, ini namanya perangkap pada rekan sendiri" kataku sesudah kuasai emosiku.
"Tetapi tidak geram kan?" jawab Reno, saya cuma menjawab dengan ciuman pada bibir Reno serta ia membalas dengan bernafsu, sedetik selanjutnya tangannya telah ada di dadaku, menelusuri serta meremas remas.
"Ih nakal ya" bisikku disela lumatan bibirnya.
"Tetapi senang kan" balasnya, kulumat bibirnya sekalian mendustai lidahku sampai bertaut lidah dengan lidah.
Reno kembali lagi membalik serta menindih badanku, bibirnya bergerak telusuri pipi serta leherku, stop pada ke-2 pucuk bukitku.
"Bagus.. Kencang serta padat.. Indah" pujinya sekalian mengulum serta mengisap putingku.
Saya mendesah geli walau cumbuannya tidak sepintar kakaknya tetapi cukup membuatku mendesah melayang-layang. Bibir serta lidahnya telah tiba ke perut serta terus turun sampai ke selangkangan, saya menjerit saat lidahnya sentuh klitorisku, tetapi ia malah makin memperlincah pergerakan lidahnya, serta akupun makin menggeliat dalam kesenangan.
Saya tidak tahu mana yang semakin mahir bermain oral apa ia atau kakaknya sebab Dibyo tidak pernah melakukan padaku, siapa saja yang semakin pandai yang pasti Reno sudah membuatku melayang-layang sebab jilatannya pada vaginaku.
"Eh, kamu kok masih pakai baju begitu, nakal deh, sini saya lepasin" kataku saat sadar jika ia belum melepas bajunya.
Kudorong badan Reno sampai celentang lalu saya menanggalkan bajunya satu-satu sampai tersisa celana dalamnya yang terlihat mencolok di bagian selangkangan, saat kuraba serta kuremas benjolan itu, demikian keras menegang. Selekasnya kulorot celana dalamnya serta saya terkaget lihat ukuran kejantanannya, tidak panjang serta relativ semakin pendek dari biasanya tetapi diameternya demikian besar, tidak cukup tanganku melingkarinya.
Memikirkan penis besar itu akan masuk vaginaku, tau-tau otot vaginaku berasa berdenyut denyut sendirinya. Ini bukan penis paling besar yang sempat kupegang, tetapi dengan panjang yang tidak karena itu penis itu terlihat demikian gede di genggamanku, serta otot vaginaku makin berdenyut keras lihat bentuk badannya yang berotot, ramping serta sexy, semakin lebih merangsang badannya dibanding kakaknya, ditambah lagi rambut kemaluannya dicukur habis, pentesan banyak gadis yang tergila edan kepadanya.
Kukocok serta kuremas remas sesaat penis tegang di genggamanku, lalu kususuri lidahku pada semua tangkai dari ujung sampai pangkal, ia mulai mendesis kesenangan.
Cukup sulit saya masukkan penis itu ke mulutku tetapi dengan semua usaha pada akhirnya penis itu juga dapat melaju keluar masuk membelah bibir mungilku. Sambil mendesah, tangannya tidak henti mengutamakan kepalaku pada selangkangannya, seolah memaksaku untuk masukkan penisnya semakin dalam ke mulutku.
Kami bertukar tempat 69, saya di atas, tidak seperti pertama kalinya bercinta dengan Dibyo yang penuh kecanggungan serta kekakuan, kesempatan ini saya bebas terlepas mencurahkan semua expresiku untuk nikmati bercinta dengan Reno.
Pergerakan lidah Reno yang liar kubalas dengan sapuan liar juga pada penisnya, saya seringkali menjilati daripada mengulum tangkai gede itu.
Senang sama-sama bermain oral, Reno kembali lagi menelentangkan badanku, tempat badannya siap untuk selekasnya melepaskan penisnya. Jantungku tau-tau berdetak kencang bersamaan otot vaginaku berdenyut saat kepala penis yang besar itu mulai menyapu bibir vagina.
Bersambung...... Artikel Berkaitan