Menembus Batas - 5
Saya pejamkan mata sekalian buka kakiku lebar lebar menanti apakah yang akan berlangsung, entahlah sakit entahlah nikmat. Rasa pedih mulai berasa saat penis itu perlahan-lahan mulai melesak masuk walau sebenarnya vaginaku telah basah, serta makin ngilu tidak saat tertancap semua. Saya tidak berani gerakkan kakiku, penis itu berasa demikian mengganjal pergerakanku di selangkangan. Perlahan-lahan Reno mengawali pergerakan memompa tetapi kuberi isyarat untuk hentikan dahulu.
"Sesaat, penuh nih" bisikku bersatu desah.
Tetapi ia cuma berdasar sebagian detik, setelah itu ia mulai pergerakannya tanpa ada memerhatikan isyaratku. Pergerakan memompa yang perlahan-lahan makin lama makin berasa nikmat, rasa ngilu berangsur jadi nikmat serta makin nikmat saat ia mulai percepat pergerakannya, saya benar-benar mengharap ia dapat seperkasa kakaknya.
Demikian rasa ngilu hilang, jeritan kesakitankupun menjadi jeritan kesenangan, badan atletis Reno melekat erat di dadaku, ada rasa geli waktu dada yang berbulu itu sentuh putingku, tetapi malah makin meningkatkan rangsangan, ditambah lagi perutnya yang rata tidak berasa mengganjal di perut. Kamipun makin erat berangkulan sama-sama mentransfer kesenangan.
Sebetulnya saya cukup keberatan saat ia meminta tempat dogie, saya masih ingin merasai semakin lama dekapan badan atletisnya, jarang-jarang sekali memperoleh cumbuan serta belaian lelaki seperti ia, ditambah dengan penis yang gede walau relatif pendek.
Demikian badanku nungging, selekasnya Reno melepaskan kembali lagi penisnya, kesempatan ini tanpa ada rasa ngilu waktu mulai menerobos menyingkap liang sempit vagina. Pergerakan memompa Reno berasa demikian penuh perasaan walau kadang disertai sodokan sodokan keras, saya berasa ia demikian romantis waktu menyetubuhiku. Rabaan serta ciuman di tengkuk menemani pergerakan kami, akupun makin menggeliat tidak karuan.
"Sshh.. Aduuh.. Ennaak.. Truss.. Truss.. Yang keraass" tanpa ada malu saya mendesah meminta semakin keras menyodokku, rasa-rasanya penis besar itu masih tidak cukup masuk dalam vaginaku, ada sisi lain di yang belum tersentuh.
"Enak mana sama Dibyo" tuturnya tanpa ada perlambat kocokannya.
"Enak.. Inii, semakin keraass" jawabku sebenarnya serta mulai meracu.
Selang beberapa saat saya telah ada di atasnya, kutekankan pinggulku semakin dalam sekan akan melepaskan penis yang pendek itu semakin dalam lagi, alangkah nikmatnya jika penis yang gede itu semakin panjang lagi, paling berbeda dengan punyai kakaknya, tetapi itu faktanya, gede tetapi pendek tetapi tetap enaak.
Kugerakkan badanku di atasnya dengan liar, di antara naik turun serta berputar-putar seperti hula hop, Reno merem melek sekalian meremas remas buah dadaku. Kutatap mukanya yang sedang mengeluh kesenangan, rasa-rasanya tidak jemu memandang muka imut serta dadanya yang bagian. Serta rupanya itu membawaku bertambah cepat ke arah pucuk kesenangan, tidak dapat meredam semakin lama lagi, akupun menjerit dalam enaknya orgasme.
Sebetulnya saya tidak mau orgasme lebih dulu, perjalanan masih panjang, masih ada Dibyo yang sesaat lagi tiba, jika sampai orgasme pasti energiku bisa banyak terkuras serta akan kecapekan sebelum perjalanan usai. Tetapi itu hanya kemauan, kesenangan yang kudapat dari Reno begitu sayang untuk ditahan tahan, serta sangat terpaksa saya menyerah dalam pelukan serta kegagahan Reno.
Saya terkulai lemas dalam pelukan Reno, terbalaskan telah kekesalan pada tamuku awalnya, serta melewati apakah yang saya harap, demikian senang rasa-rasanya. Tetapi rupanya Reno tidak stop sampai di sini, tanpa ada memedulikan saya yang sedang lemas dalam dekapannya, ia membalik badanku serta langsung menindihnya.
Kembali lagi badan kekar itu menekan nikmat badanku, kocokan Reno mulai cepat serta liar tetapi masih kurasakan penuh perasaan. Cuma beberapa kocokan selanjutnya, gairahku kembali lagi naik dengan cepatnya, ditambah lagi bibir Reno tidak sempat terlepas dari leher, dada serta bibirku.
Ke-2 kakiku naik di pundaknya, berasa kejantanannya makin dalam melesak di vagina, semakin nikmat rasa-rasanya. Kuimbangi pergerakannya dengan sedapat mungkin menggoyang pinggulku, pasti semakin sulit dengan kaki di atas pundaknya. Kami berdua betul-betul terbawa dalam buaian birahi, terlewatkan telah Dibyo yang belum tiba.
Pada akhirnya akupun untuk ke-2 kalinya tidak dapat bertahan, kuraih orgasme ke-2 darinya, tetapi kesempatan ini diapun menyusulku ke pucuk birahi, hampir bertepatan kami sama-sama memberi denyutan. Sperma Reno berasa sangat banyak membanjiri liang vaginaku, kudekap erat badan Reno sampai kurasakan hembusan napasnya menimpa telingaku.
Saat Reno turun dari badanku, penisnya tercabut keluar, vaginaku terasanya kosong serta tetesan sperma kelihatannya meleleh keluar membasahi sprei. Kamipun celentang berdampingan dengan napas yang masih tetap senin kamis.
"Kamu hebat, 2 kali saya dibuat orgasme" kataku sesudah sesaat terdiam sekalian menumpangkan kepalaku di dadanya yang bagian.
"Kamu hebat, jika cewek lain telah tergeletak meminta stop" jawabnya mudah sekalian membelai rambutku.
"Seandainya saja saya tahu kamu semacam ini, telah sejak dahulu saya melakukan" sambungnya.
"Tetapi belum telat kan"
"Iya sich, tetapi kelamaan penantiannya"
"Penantian?"
"Iya, lelaki normal mana sich dapat tahan lihat performamu yang tetap sexy serta ceria, tentu mereka punyai fantasi terhadapmu jika di tempat tidur, serta saya sempat berfantasi bercinta denganmu sekalian main sama cewek lain"
"Ah yang betul!!" tanyaku kaget.
"Benar-benar serta saya percaya Dibyo juga lama memendam kemauan ajakmu ke tempat tidur tetapi tidak ada keberanian saja"
"Serta saat ini?" tanyaku ingin tahu.
"Rupanya apa sebagai fantasiku, tidak ada apakah apanya dibanding fakta baru saja, jauh melewati angan serta keinginanku"
Sekalian terlibat perbincangan, kurasakan sperma Reno deras mengalir keluar tetapi saya diamkan saja.
"Saat ini saya tidak perlu lagi mengimpikan kehangatan kamu, jika saya ingin dapat booking kapanpun, serta kita tetap bersahabat, itu nikmatnya sesudah ini" sambungnya.
Dibyo tiba selang beberapa saat, sesudah saya bersihkan badanku, Reno buka pintu menyongsong kakaknya, saya cuek saja telanjang di atas tempat tidur.
"Sorry saya terlambat" sapanya sekalian mencium pipiku.
"Ah tidak apa kok" jawabku, justru kebetulan saya ada peluang bersama-sama Reno semakin lama, lanjutku dalam hati.
Tanpa ada diharap lagi, Dibyo selekasnya melepas bajunya sampai telanjang, nampak kejantanannya yang 1/2 menegang, terlihat kecil serta memanjang benar-benar tidak sama dengan adiknya.
"Belum begitu telat kan" tanyanya sambil mendekati serta mencium bibirku serta kubalas dengan lumatan juga, kesempatan ini saya biasa saja layani ciuman Dibyo, tidak ada kecanggungan seperti pertama kalinya dahulu.
Badannya langsung menindihku, kamipun berangkulan sekalian berciuman bertautan lidah, seakan sama-sama menumpahkan rasa kangen yang hebat. Bibir Dibyo dengan cepatnya telusuri badanku, turun terus, tidak diacuhkan puting buah dadaku, cuma sedikit jilatan lalu terus turun ke perut tetapi balik lagi ke atas.
Saat bibirnya capai ke-2 putingku, kudorong kepalanya ke bawah, mengarah selangkangan. Saya ingin merasai jilatan Dibyo di vagina, ia belum melakukan, ingin kubandingkan kepiawaiannya dengan sang adik.
Rupanya permainan lidahnya tidak kalah hebat, serta semakin cakap dibanding adiknya, saya menggeliat kelojotan merasai lidahnya menari nari dengan gesitnya antara klitoris serta bibir vaginaku. Lumayan lama kepalanya terjepit antara kakiku, serta jika tidak selekasnya kuhentikan dapat bisa saya alami orgasme cukup dengan permainan lidahnya, ini benar-benar membuat malu.
Dibyo tersenyum penuh kemanangan saat saya meminta ia selekasnya masukkan penisnya, tetapi bukanlah selekasnya penuhi tekadku, tetapi justru celentang disampingku serta mintaku giliran mengulum kejantanannya.
Saya yang telah terbakar birahi sangat terpaksa penuhi kemauannya, saat saya tengah jongkok diantar kakinya, Reno yang sejak dari barusan duduk di sofa memperhatikan kami, telah ada di sampingku, ia ikut-ikutan celentang di samping kakaknya dengan kejantanan yang telah tegak melawan.
Sambil mengulum penis Dibyo, kuremas serta kukocok kejantanan adiknya, dua penis yang lain bentuk serta ukuran ada dalam pegangan kekuasaanku. Walau menyolok bedanya, tetapi kedua-duanya seolah sama-sama lengkapi, yang satu besar serta pendek sedang yang lain kecil tetapi panjang, jika dipadukan pasti memunculkan kesenangan tertentu.
Berganti-gantian penis kakak beradik itu isi serta mengocok mulutku, mereka mendesis nikmat bernafsu, akupun layani dengan tidak kalah gairahnya, ketidaksamaan yang menyolok itu makin meningkatkan sensasi serta erotika pada diriku, dapat dipikirkan begitu enaknya jika penis itu berganti-gantian mengocok vaginaku, memikirkan saja saya telah makin terbakar nafsu.
"Siapa lebih dulu" tantangku sesudah saya celentang antara ke-2 bersaudara itu, menyengaja kubuat situasi semakin liar walau saya tahu tentu jika saat ini gantian Dibyo. Jika diminta pilih, saya semakin senang Dibyo lebih dulu agar masih dapat merasai "kebesaran" kejantanan adiknya sesudahnya. Keinginanku terkabul saat Dibyo telah ada di kakiku.
"Jangan tempat gini dong, saya sulit nih" kata Reno lalu ia meminta kami untuk ber-dogie.
Reno duduk di atasku waktu kakaknya ada di belakang, penisnya pas ada di mukaku. Saat kakaknya mulai menggerakkan masuk kejantanannya, masuk juga penis adiknya di mulutku, dua penis bersaudara yang lain itu isi ke-2 lubang kesenangan badanku bertepatan dari arah yang lain. Dengan tempat semacam ini, saya semakin senang penis Dibyo yang dimulut serta adiknya di vagina, tetapi itu tinggal nantikan waktu saja.
Bersambung.... Artikel Berkaitan