Menembus Batas - 3
Saya telah tidak memerhatikan semakin jauh kembali sebab sodokan Josua makin liar serta nikmat, tetapi selanjutnya kudengar desah serta jerit kesenangan dari Lenny menemani desahanku. Dengan irama goyangan yang lain, ke-2 lelaki itu mengocok kami berdua, simfony desah kesenangan penuhi kamar yang penuh aroma birahi. Kutatap muka ganteng Josua yang penuh expresi nikmat birahi. Berkali-kali tatapan mataku beradu pandang dengan Dibyo, ternyata walau sedang mengocok Lenny yang cantik, tetapi tatapan matanya seringkali tertuju pada mukaku yang tengah mendesah nikmat merasai kocokan temannya, ditambah lagi Josua mengocokku dengan pergerakan yang liar serta tidak teratur diselingi dengan hentakan keras yang membuatku menjerit jerit nikmat.
Josua membalik badanku diikuti kocokan dari belakang, tempat dogie, Dibyo mengikutinya. Begitupun saat kami bertukar lagi tempat, saya di atas, diapun minta Lenny untuk di atas.
Kami bercinta seakan berlomba-lomba ketahanan, entahlah telah berapakah lama serta berapakah kali tukar tempat sudah kami kerjakan. Di luar sangkaanku, rupanya Dibyo dapat bertahan semakin lama, saat kami di tempat dogie, Josua tidak dapat bertahan semakin lama lagi, tidak dapat dihindari lagi, diapun memuntahkan spermanya di vaginaku disertai pekikan kesenangan, kurasakan denyutan denyutan nikmat menimpa dinding dinding vaginaku walau tidak kuat.
Sesaat selanjutnya Josua menarik keluar penisnya, akupun menggelosor tengkurap dengan napas yang menderu sesudah permainan panjang. Belum saya mengendalikan napasku, Dibyo menarik pantatku, mintaku kembali lagi nungging, walau lelah tetapi saya tidak tega menampiknya, kelihatannya sejak dari barusan ia telah memendam kemauan untuk kembali lagi nikmati badanku.
Saya akan menghindarinya waktu penisnya telah di tingkat pintu vaginaku, tidak enak rasa-rasanya jika ia harus menyetubuhiku sesaat sperma Josua masin di, saya ingin bersihkan dahulu, tetapi telat, kelihatannya ia tidak perduli, dengan sekali dorongan keras, penis Dibyo kembali lagi masuk liang vaginaku, berasa masih ada sela kosong waktu penisnya melesak semua.
Tidak sama dengan awalnya, tanpa ada menghabiskan waktu lagi, kesempatan ini Dibyo mengocokku dengan penuh nafsu, demikian keras serta cepat sekalian menghentakkan badannya pada pantatku, disertai tarikan pada rambutku, benar-benar liar permainannya kesempatan ini, benar-benar bersimpangan dengan tadi. Akupun tidak ingin kalah, kuimbangi dengan menggoyahkan pantatnya menantang pergerakannya, desahan kami berdua sama-sama bersahutan, kecipuk suara cairan vagina bersatu sperma tidak kami pedulikan, terlewatkan telah jika Dibyo ialah suami dari sahabat karibku, yang ada hanya nafsu serta birahi antara kami.
Saya meminta mengganti tempat, kesempatan ini saya di atas, ingin kutunjukkan bagaimana goyangan pinggulku menjebol pertahanan terakhir kalinya. Dengan tersisa sisa tenaga sebab saya beberapa kali sudah orgasme waktu dengan Josua barusan, akupun bergoyang liar di atasnya, ingin kuberikan apakah yang kuyakin tidak pernah ia alami bersama-sama Wenny, istrinya, entahlah mengapa saya jadi ingin menunjukkan jika saya tidak kalah dengan sang istri yang sobatku itu.
Kami bercinta dengan penuh hasrat, jauh melewati apakah yang sudah kami kerjakan barusan, kelihatannya kami telah keluarkan kepribadian asli permainan kami yang condong liar.
Keringat telah membasahi badan kami berdua, saya demikian semangat, begitupun ia, tidak kuhiraukan rupanya malah saya yang capai orgasme terlebih dulu, benar-benar mengagumkan stamina Dibyo, jauh dari perkiraanku, jika saya tidak alami sendiri pasti susah untuk yakin jika ia demikian perkasa di tempat tidur.
Menit untuk menit berlalu sampai saya tidak dapat lagi meredam orgasme yang beberapa kali, sesaat ia belum juga nampak sinyal tanda mengarah sana, serta pada akhirnya akupun menyerah dalam dekapannya.
"Telah.. telah.. Ah.. Ampun, saya menyerah", serta akupun terkulai lemas di atasnya, tidak dapat lagi menggoyahkan pinggulku.
"Ya telah, istirahat sana" tuturnya sambil menggerakkan badanku turun dari atasnya, serta akupun menggelepar di sebelahnya.
Permainan Dibyo tidak stop sampai disana, ia mendekati Lenny yang dari barusan memperhatikan kami bercinta sekalian berbaring di atas tempat tidur sambil mendustai klitorisnya. Demikian Dibyo mendatanginya, Lenny langsung ambil tempat celentang dengan kaki terbuka lebar, tetapi Dibyo malah meminta nungging. Dengan irama kocokan yang liar ia mengocok Lenny dengan tempat dogie.
Saya tinggalkan mereka, bersihkan sperma lalu mengejar Josua duduk di sofa memperhatikan permainan Dibyo serta Lenny, terus jelas saya terpesona dengan keperkasaan sobatku ini, entahlah bagaimana Wenny dapat layani suaminya itu sendirian jika di dalam rumah.
"Edan itu orang, kuat sekali mainnya" komentarku sambil share Marlboro dengan Josua.
"Ia sich paling kuat antara barisan kami berlima, hampir tidak sempat ia booking cewek sendirian, umumnya langsung dua orang, jika tidak begitu kasihan ceweknya" jawab Josua mengagetkanku, benar-benar jauh dari performa umumnya yang nampak pendiam.
Lumayan lama mereka bercinta di atas tempat tidur, beberapa kali sudah bertukar tempat sebelum pada akhirnya mereka meraih orgasme hampir bertepatan saat tempat Dibyo sedang di atas.
Mereka berangkulan sesaat sebelum Dibyo turun dari badan Lenny, terlihat muka kenikmatan bersatu kecapekan dari mereka.
Beberapa waktu mereka keduanya sama menggelepar di atas tempat tidur sekalian mengendalikan napas yang menderu. Dibyo berdiri mendekatiku, duduk menjepit saya serta Josua, diambilnya Marlboro yang berada di tanganku serta mengisapnya kuat kuat.
"Sorry Ly, saya harus selekasnya pulang, nanti istriku berprasangka buruk serta saya tidak bisa ke diskotik lagi" tuturnya sekalian mengepulkan asap rokoknya.
"Kamu tinggal saja di sini nemenin Josua serta Lenny esok siang saya telephone lagi, oke?" sambungnya.
Saya cuma diam saja tidak tahu harus ngomong apa, tanpa ada menanti jawaban dariku, ia bergerak kenakan bajunya tanpa ada bersihkan badan terlebih dulu.
Dibyo menyebutku ke kamar mandi.
"Sebetulnya saya tidak tega lakukan ini, tetapi harus kulakukan, apakah yang kita kerjakan baru saja hanya sebatas usaha, nothing personal, serta tidak ada yang beralih antara kita termasuk juga dengan Wenny atau Reno adikku, kamu tahu kan" tuturnya sambil memberi segebok uang 50 beberapa ribu. Saya cuma mengangguk tanpa ada kata, 100 % sepakat apakah yang ia sebutkan.
"Bisa saya meminta satu hal?" tanyaku.
"Apakah itu?" jawabnya, tanpa ada menanti lagi reaksinya saya jongkok di depannya, kubuka resliting celananya serta kukeluarkan penisnya yang lemas.
"Sebatas panduan, memberikan apakah yang belum saya beri" jawabku sekalian masukkan penis itu ke mulutku.
Dibyo diam saja, penisnya kupermainkan dengan lidahku, kususuri sekujur tangkai sampai pangkalnya, perlahan-lahan mulai menegang dalam pegangan serta mulutku, setelah itu penis tegangnya telah melaju cepat keluar masuk isi rongga mulut disertai desah kesenangan.
Lima menit telah saya lakukan oral, tanpa ada kusadari tanganku ikut-ikutan mendustai klitorisku sendiri bersamaan dengan kocokan pada mulutku. Saya tidak dapat menampiknya saat ia menarik badanku berdiri serta memutar menghadap cermin di kamar mandi, dengan sedikit membungkuk, dari belakang Dibyo melepaskan penisnya ke vaginaku.
"Kita quickie saja yaa" bisiknya sambil menggerakkan masuk penisnya, selekasnya kurasakan sodokan untuk sodokan yang makin keras dari belakang menghantamku disertai dekapan serta remasan dikedua buah dadaku, kadang-kadang ciuman pada tengkukku yang membuatku makin menggeliat dalam dekapannya.
Pantulan bayangan kami di cermin membuat situasi makin bernafsu, ditambah lagi belaian lembut pada rambutku yang kurasakan demikian penuh perasaan walau kocokannya semakin jadi jadi.
"Saya ingin keluar" bisiknya beberapa waktu selanjutnya, selekasnya kudorong badannya mundur sampai penisnya lepas serta akupun langsung jongkok di depannya.
"Keluarin di mulut" kataku, tanpa ada menanti reaksinya, kumasukkan kejantanannya kembali pada mulutku, entahlah mengapa rasa-rasanya saya ingin memberi apakah yang kuyakin tidak pernah ia peroleh dari istrinya. Serta selang beberapa saat diapun menyemprotkan tersisa sisa spermanya di mulutku, kujilati tangkai kejantanannya sampai bersih lalu kumasukkan ke celananya.
"Salam untuk Wenny" kataku waktu tutup reslitingnya, ia cuma tersenyum mencubit pipiku.
Saya bersihkan badanku dengan air hangat saat Dibyo pamit pulang, saat saya kembali pada kamar, rupanya Lenny sedang bergoyang pinggul di pangkuan Josua, mereka melakukan di sofa. Kuhampiri mereka serta duduk di samping Josua, ia mendapatkan badanku serta mencium bibirku, sambil tangannya meremas remas buah dadaku berganti-gantian.
Tersisa malam kami butuhkan dengan penuh birahi, berganti-gantian Josua menyetubuhi saya serta Lenny, dilayani 2 gadis cantik serta sexy seperti saya serta Lenny, pasti membuat lelaki makin bertambah hasrat serta ada penambahan energi tertentu untuk memperlihatkan ego keperkasaannya. Pada akhirnya situasi fisik jualah sebagai pemisah di antara kemauan serta fakta, kamipun istirahat serta terlelap dalam kecapekan tidak saat si mentari telah memperlihatkan sedikit berkas sinarnya di ufuk timur, entahlah jam berapakah itu.
Saya terjaga waktu kudengar HP-ku mengeluarkan bunyi, Lenny serta Josua masih terlelap disampingku, matahari telah tinggi, jelas memperlihatkan sinarnya. Rupanya salah seorang tamu berlangganan lain yang ingin kutemani makan siang kelak, pesanan baru.
Bersambung..... Artikel Berkaitan