Menembus Batas - 2




Berdua kami mengayuh biduk birahi seberangi lautan nafsu, lenguh serta desah kesenangan menemani perjalanan kami. Beberapa waktu selanjutnya kamipun sudah tiba ke seberang kesenangan, cuma berlalu beberapa menit sesudah Dibyo menumpahkan semua cairan birahinya ke rahimku, saya mengejarnya meraih pucuk kesenangan dari suami sobatku.
Badan lemasnya langsung terkulai menindihku, napas kami bersatu menemani denyut jantung yang berdetak kencang, hembusan napasnya menimpa telingaku, saya kembali lagi terlena akan kehangatannya walau perlahan-lahan hasrat kami mulai turun.

Sesaat situasi hening, entahlah apakah yang berkecamuk dalam pemikirannya, apa menyesal sudah meniduri temannya atau mungkin senang sudah nikmati badanku, cuma ia yang mengetahui. Buatku pekerjaan layani seorang tamu sudah kulaksanakan, kebetulan ia ialah rekan serta suami sobatku, itu ialah di luar kehendak kami masing masing.

Kemungkinan sebab keduanya sama enggan, permainan kami biasa biasa saja, serta relatif cepat, tidak ada perubahan tempat seperti biasanya, baik dari ia atau dari saya sendiri.

Jarum jam telah memperlihatkan jam 3 pagi saat telephone mengeluarkan bunyi, dengan enggan Dibyo terima, yang tentu dari temannya di kamar samping.

"Hei, kamu yang kesini atau saya yang kesana, sang kampret satu itu telah pulang soalnya" kata suara dari seberang sayup sayup kudengar, saya tidak tahu tujuannya.

"Kesempatan ini tidak dapat Jon, kita sendiri sendiri saja deh" jawabnya.

"Kok kamu begitu sich, mentang mentang bisa yang sang cantik Lily terus tidak mau share, kawan jenis apakah itu" dari seberang terdengar dengan suara tinggi, saya masih tidak tahu tujuannya.

Dibyo diam sesaat, menatapku dalam dalam seolah akan menjelaskan suatu hal.

"Ia ingin kesini" tuturnya perlahan.

"Memang telah usai? Ingin cek out? Malam malam ini? Tanggung sangat" tanyaku tidak tahu.

"Tidak, ingin geser masuk kesini sama ceweknya"

"Geser? Masuk? Trus?" tanyaku makin tidak pahami.

Ia diam sesaat.

"Trus.. Trus.. Ya di sini.. Ber.. Berempat" jawabnya terpatah patah, kulihat ekspresi wajah bersalah di mukanya.

"Sorry ya, saya sudah membawamu ke keadaan semacam ini, telah rutinitas untuk berganti pasangan atau bertepatan selanjutnya" sambungnya sekalian mengepulkan asap rokok dari mulutnya, kelihatannya untuk tutupi rasa bersalahnya.

Sebetulnya saya tidak keberatan lakukan hal tersebut, toh seringkali kulakukan, tetapi ini di muka Dibyo, ada keengganan tertentu sebagai penghambat, entahlah perasaan menjaga image masih kuat kurasakan. Selain itu, saya cukup terkejut merasakan fakta jika Dibyo yang kukenal cukup pendiam, walau saya cukup percaya awalnya ia bukan type suami yang setia, rupanya jalani penjelajahan semacam ini dengan rekan temannya, benar-benar jauh dari performa sehari-harinya yang berkesan pendiam.

"Terserah kamu saja lah, toh kamu boss-nya" jawabku lirih berupaya memberikan kesan-kesan sangat terpaksa, takut jika dia paham jika saya seringkali lakukan permainan semacam ini.

"Ly, kamu bisa menampik, bebas kok, paling risikonya saya dijauhi rekan teman serta disebut egois"

"Jangan sampai jika sampai ditinggal rekan teman cuma permasalahan inian, malu kan" saya menghibur.

"Sebetulnya saya tidak ikhlas jika kamu harus layani seseorang, ditambah lagi di depanku, tetapi semua terserah kamu deh"

Saya diam sesaat pikirkan kalimat yang "innocent" untuk menjawab kata IYA, tidak tega rasa-rasanya menjelaskan jika sejauh ini akupun tetap layani seseorang, apa perbedaannya dengan saat ini.

"Okelah jika itu maumu" jawabku sambil ambil rokok yang berada di jarinya, kulihat sorot mata aneh dari matanya.

"Jon, kamu kesini saja deh" pada akhirnya ia minta temannya untuk tiba.

Sekalian menanti kehadiran sang Josua, saya mandi bersihkan badan khususnya vaginaku dari tersisa sisa keringat atau sperma Dibyo.

Tidak semakin 10 menit selanjutnya, rekan Dibyo telah ada di kamar, rupanya gadis yang tiba dengannya ialah Lenny, bukan Cindy tadi dengannya, ternyata ia sudah lakukan transisi dengan awalnya.

"Len, bukanlah ia barusan sama Cindy, kok saat ini sama kamu, telah tukeran ternyata ya" bisikku saat saya serta Lenny ada di kamar mandi berdua.

"Edan tuch sang Josua, kuat sekali, serta malam hari ini ia akan bisa 3 cewek berurutan" bisiknya perlahan.

Kamipun ketawa cekikan di kamar mandi.

Dengan berbalut handuk di dada, saya serta Lenny keluar kamar mandi, Dibyo duduk di sofa sesaat Josua telah celentang di tempat tidur, kedua-duanya telah pada kondisi telanjang.

Lenny langsung ambil tempat antara kaki Dibyo, saya harus harus langsung ke arah tempat tidur layani Josua. Kejantanan Josua yang telah tegang memang mempesona, walau tidak panjang tetapi lumayan besar diameternya dengan hiasan otot melingkar nampak makin kuat.

Josua langsung menarik badanku dalam pelukannya, dibuangkannya handuk penutup badanku serta badan telanjang kami sama-sama berpelukan.

Kubalas lumatan bibirnya dengan tidak kalah hasrat, desahankupun lepas bebas ketika bibir serta lidahnya mendustai ke-2 putingku berganti-gantian. Sekejap kulirik Dibyo telah merem melek nikmati sapuan bibir mungil Lenny pada penisnya sekalian meremas remas ke-2 buah dadanya yang sedikit semakin besar dari punyaku. Seringkali kudengar kelihaian Lenny dalam ber-oral, sekarang kulihat sendiri bagaimana bibirnya telusuri penis Dibyo dengan bernafsu.

Perhatianku kembali lagi berubah ke Josua waktu ia membalik badanku dibawahnya, lidahnya dengan gesit menari nari dikedua putingku, telusur turun sampai selangkangan serta kembali lagi bergerak liar waktu merasakan klitorisku. Gabungan di antara jilatan serta kocokan jemari jari tangannya di vagina membuatku menggeliat serta mendesah dalam nikmat sekalian meremas remas kepala Josua yang ada di selangkanganku.

Tau-tau saya dikejutkan pekikan Lenny, ternyata saya begitu asyik melayang-layang layang sampai tidak memerhatikan mereka sudah bertukar tempat, kepala Dibyo telah ada di paha Lenny sedang asyik menjilati vaginanya, rupanya itu yang membuat Lenny menjerit nikmat.

Walau cumbuan permainan oral Josua demikian nikmat, saya banyak membagi perhatianku pada Dibyo serta Lenny, sebatas ingin ketahui bagaimana permainan Dibyo jika dengan gadis lain sesudah saya alami dengannya biasa biasa saja. Baru saat ini saya tahu rupanya Dibyo seorang great fucker, dengan tekun ia telusuri semua lekuk badan Lenny dengan lidahnya, serta sampai jemari jari kaki tidak lepas dari sapuan lidahnya, jelas saja membuat Lenny kelojotan tidak karuan. Seandainya saja ia barusan melakukan padaku. Beruntunglah Wenny dapat memperoleh cumbuan semacam itu setiap waktu.

Perhatianku terusik waktu badan Josua telah mekangkang di atas dadaku, menyodorkan kejantanannya ke mukaku, selekasnya kuraih, kukocok sesaat dengan tanganku lalu kujilati kepala penisnya, berasa asin akan cairan yang telah menetes keluar. Beberapa menit selanjutnya penis Josua telah lancar isi mulutku, keluar masuk mengocoknya.

Senang mengocokkan penisnya ke mulutku, Josua berubah ke bawah, mengendalikan tempatnya antara kakiku, saya buka semakin lebar waktu kepala penisnya menyapu bibir vagina serta perlahan-lahan menyodok membelah sela celah sempit liang kenikmatanku. Perlahan-lahan tetapi tentu penis itu melesak makin dalam, tetapi pergerakan penetratif terusik saat Dibyo serta Lenny beralih ke tempat tidur di samping kami hingga mewajibkan kami sedikit berubah memberikan tempat pada mereka. Sangat terpaksa Josua menarik keluar penisnya yang telah 1/2 jalan telusuri liang kenikmatanku.

Saya serta Lenny celentang berdampingan dengan ke-2 lelaki siap antara selangkangan kami masing masing. Tetapi sebelum Josua melepaskan kembali lagi penisnya, Dibyo berubah ke kepalaku, menyodorkan penisnya pas di atas mulutku. Selekasnya kuraih serta kumasukkan ke mulutku, hal tadi tidak kami kerjakan, bertepatan dengan penis Josua mulai melaju masuk liang vaginaku. Sekejap kuhentikan kulumanku saat Josua telah melepaskan semua tangkai kejantanannya, berasa penuh dibanding dengan Dibyo awalnya. Akupun meneruskan kulumanku pada Dibyo saat Josua mengawali kocokannya. Cuma beberapa waktu Dibyo mengocok mulutku selanjutnya berubah ke mulut Lenny, ternyata ia akan memperbandingkan di antara kulumanku dengan Lenny.

Badan Josua telah menindihku, sodokan penisnya makin cepat serta keras penuh nafsu hasrat, akupun menyeimbangi dengan jeritan serta desahan nikmat sambil menjepitkan kakiku di pinggangnya. Bibir Josua tidak sempat terlepas dari badanku, telusur leher, pipi, bibir lalu kembali pada leher.

Kulihat Dibyo masih mengocok bibir Lenny sekalian memerhatikan expresi kesenangan yang terpancar di mukaku, expresi yang tidak saya perlihatkan waktu dengannya serta saya percaya ia ketahui itu, kadang-kadang jemari tangannya dimasukkan pada mulutku yang tengah menengadah mendesah, akupun membalas dengan kuluman serta mendustai lidahku pada jemari jarinya.

Berkali-kali badanku terhentak terkaget tetapi nikmat merasai hentakan keras dari Josua, kudekap badannya makin rapat seolah badan telanjang kami bersatu dalam enaknya birahi.

Josua mengusung badannya, tetap mengocokku dengan badan 1/2 jongkok, malah kurasakan penisnya makin dalam tertancap. Bertepatan dengan itu, Dibyo telah ada di kaki Lenny siap-siap melepaskan penisnya tetapi ia tidak langsung memasukkan, malah semakin senang lihat mukaku yang tengah mendesah sekalian memperhatikan bagaimana penis temannya keluar masuk menyodok vagina sahabat istrinya ini.

Bersambung.... Artikel Berkaitan